Powered By Blogger

Rabu, 09 November 2011

Cross Culture Sumatera Barat - Aceh - Jakarta

Saya berasal dari sebuah kota kecil, yakni Bukittinggi, sebuah kota yang cukup ramai di daerah Sumatera Barat. Bukittinggi di Sumbar adalah salah daerah wisata, yang ramai dikunjungi oleh para pelancong. Kota Bukittinggi tepatnya sumatera barat, masih berpegang kuat pada adat dan tata krama dan agama, dengan semboyan hidup basyandi syarak, syarak basandi kitabullah, yang artinya hidup berpegang pada ketentuan adat dan kitab Alquran.

Hal serupa hampir sama dengan yang ada di Aceh. Bahkan Aceh memiliki peraturan daerah sendiri tentang agama. Aceh punya polisi yang khusus menangani tentang pelanggaran peraturan agama yang berlaku. Di Sumbar memang tidak ada peraturan khusus yang mengikat, namun di sumbar semua telah menjadi kebiasaan, hukum yang berlaku adalah  hukum dari lingkungan dan masyarakat.

Saya berangkat ke Aceh untuk dinas luar, dengan tujuan, memberikan materi tentang seacyberclass, dan sms. Perjalanan terasa lumayan jauh, karena tempat tujuan utama adalah kota langsa, dibandingkan dengan banda aceh, langsa lebih dekat dengan medan, lebih kurang 4 jam perjalanan darat. Pada awalnya, dalam pikiran, terlintas kalau aceh adalah daerah yang berbahaya, karena diberita selalu ada berita tentang aceh, mulai dari teroris, sampai dengan peredaran ganja, namun setelah bertemu dengan warga Aceh, dan menetap di langsa selama 5 hari, fikiran buruk yang terlintas sebelumnya segera dihapus jauh-jauh. Ternyata warga Aceh, hampir sama dengan warga sumbar yang saya kenal, mereka mengutamakan keramahan, sopan santun dan tegur sapa.

Di Aceh, saya memberikan materi kepada para guru dan teknisi. Semangat para guru-guru dan teknisi tampak nyata, semangat itulah yang mereka tularkan kepada para murid-murid nya. Semangat yang telah ditularkan oleh para guru ke murid, membuat murid lebih bisa berkembang dan berpikir maju.

Langsa merupakan salah satu kota yang giat melakukan perkembangan, baru-baru ini salah satu murid SMK di langsa, baru saja berangkat ke London untuk olimpiade dalam bidang pendidikan. Untuk kemajuan teknologi, secara umum, di langsa telah berkembang dengan baik. Seperti sekolah-sekolah yang telah dilengkapi dengan fasilitas wifi, walau kecepatannya terbatas, serta banyak nya di temukan warnet-warnet.

Beda Aceh dan Sumbar yang amat nyata bagi saya adalah, peraturan daerahnya tentang pergaulan agama, dimana aceh punya hukum islam, sedangkan disumbar tidak. Bahkan di aceh, tempat-tempat umum yang dianggap dapat merusakpun tidak ada, seperti bioskop dan mall. Namun warga Aceh senang nongkrong bersama-sama, hal itulah yang mungkin membuat warga sesama aceh saling dekat satu dan lainnya.


Beda di Sumatera Barat, beda di Aceh, beda pula di Jakarta. Kehidupan Jakarta tidak lah seindah di daerah, dimana saat kita di daerah, kita masih bisa mengenal tetangga, hidup dalam lingkungan yang harmonis, namun di Jakarta, walau hidup bertetangga, serasa hidup sendiri. Semua punya kesibukan masing-masing dan larut di dalamnya, tanpa mengenal lingkungan. Daerah nya yang padat, mengakibatkan semuanya terasa sumpek.

Walau hidup di Jakarta punya banyak kekurangan, namun juga ada hikmah yang bisa diambil, seperti, hidup di Jakarta membuat kita lebih mandiri dan tegar. Kehidupannya yang keras, membuat kita juga berusaha lebih keras, pantang menyerah.

Kesenjangan begitu terasa dijakarta, seperti tampak untuk dunia pendidikan, sekolah yang maju dan tergolong mahal akan semakin maju, dan Berjaya, sedangkan sekolah yang terbelakang, ada di daerah yang tidak bagus, dan diisi oleh orang-orang dari level kehidupan sederhana kebawah, tidak berkembang, bahkan cenderung ketinggalan, apalagi dalam dunia IT. Jika dibandingkan dengan Sumbar, walaupun daerah tidak semaju Jakarta, tapi dalam hal dunia pendidikan, perkembangannya tergolong merata.

1 komentar:

  1. Cici.. walau bagaimanapun LOVE SUMBAR Ci..
    Negeri kita tercinta.. ckckckckkk...

    hmm... ke aceh dalam rangka magang perkuliahan juga ya??

    BalasHapus